Jakarta-Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan menyebutkan PT Mega Guna Ganda Semesta sebagai agen penjualan 15 pesawat Xian Aircraft Company dari Cina senilai Rp 2,13 triliun atau US&36; 232,443 juta. Proposal penawaran penjualan kepada PT Merpati Nusantara Airlines diserahkan pada 2005.
Pada 2006 kesepakatan antara Merpati dan Xian Aircraft diteken. Belakangan pengadaan pesawat ini dipermasalahkan setelah satu unit pesawat jatuh di perairan Kaimana Papua Barat 7 Mei 2011. BPK menggelar audit khusus proyek ini. Hasil audit menyatakan nilai kontrak pembelian diduga tidak sah. Akibatnya operasional pesawat dari 2007 hingga Juni 2011 mengalami kerugian Rp 56 miliar.
Hasil pemeriksaan BPK menyebutkan proyek ini tak pernah masuk dalam rencana kerja dan anggaran Merpati. Tim Pengadaan dibentuk setelah perjanjian pembelian diteken dan dua pesawat sudah didatangkan.
Kisruh pengadaan muncul kembali setelah terdakwa korupsi Muhammad Nazaruddin bercerita tentang kasak-kusuk proyek ini. Bekas anggota DPR dan bendahara Partai Demokrat itu menyatakan proyek pesawat MA-60 adalah bancakan anggota DPR. "Itu proyek fiktif," kata dia di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi awal April lalu.
Siapa PT Mega Guna Ganda Semesta? Perusahaan beralamat di kawasan Pergudangan Pluit ini berdiri sejak 1983. Mega Guna merupakan perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan jasa konstruksi. Dalam situs Lembaga Perusahaan Jasa Konstruksi, perusahaan yang dipimpin Muljadi Senjaya ini berpengalaman dalam proyek jalan kereta api, lapangan terbang dan runway, konstruksi baja, dan konstruksi alat angkut. Tidak pernah ada riwayat Mega Guna berpengalaman dalam menjual pesawat penerbangan komersil.
Mega Guna berdiri di atas tanah seluas 5000 meter persegi di pergudangan Puit Jakarta Utara. Pegawai perempuan yang enggan disebutkan namanya membenarkan Mega Guna dipimpin oleh Mulyadi Senjaya. Namun ia enggan menceritakan profil perusahaan. "Bapak sebenarnya ke sini mau ngapain," katanya kepada Tempo Rabu 18 April 2012.
Menurut dia, Mulyadi dan Komisaris Perusahaan Johan, tidak berada di tempat. "Bapak sebaiknya membuat janji dulu," katanya seraya mengusir.
Kantor bercat biru dan abu-abu ini tidak terlihat sibuk. Bagian depan kantor tidak terlihat poster atau media yang menggambarkan aktivitas perusahaan. Tulisan yang tertera hanya nama perusahaan dengan tulisan besar di depan kantor. Halaman parkir dipenuhi belasan mobil karyawan. Ruang depan kantor hanya berisi enam kursi dan meja untuk front office. Ruangan tersebut terlihat lowong. Mulyadi menuliskan kekayaan perusahaan mencapai Rp 19 miliar.
Menurut Sriyani, pedagang warung makan di seberang kantor, Mega Guna dulunya adalah gudang. "Gudang apa saya tidak tahu," kata Sri yang sudah lima tahun lebih berjualan. Aktivitas pergudangan, menurut Sri, sudah tidak terlihat belakangan ini. "Sudah menjadi kantor," katanya. Menurut Sri pemilik perusahaan memiliki banyak perusahaan. "Saya dengar punya kapal di Muara Karang."
Mega Guna ahli "menangkap" proyek-proyek pemerintah. Perusahaan ini tercatat sebagai bagian dari konsorsium Mega Global Jaya Grafi dalam proyek pengadaan elektronik KTP.
Tak cukup dengan itu, Mega Guna menjadi salah satu perusahaan yang mendapatkan kesempatan memanfaatkan tanah negara di Kemayoran seluas 20.126 meter persegi. Tanah tersebut, rencananya, digunakan untuk proyek bangunan komersil. Namun terhenti karena faktor keuangan. Sampai saat ini status tanah negara tersebut tidak jelas.
Mega Guna kerap nangkring dalam pencari kerja JobsDB. Bidang usaha yang diperkenalkan pada penjualan mikroskop. Kualifikasi pekerja yang dibutuhkan salah satunya memiliki pengetahuan dalam laporan keuangan proyek-proyek pemerintah.
(author unknown) 19 Apr, 2012