Keputusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pekan lalu telah mendorong maskapai lokal Indonesia, Batavia Air, untuk menghentikan kegiatan operasinya. Berita tersebut telah menyeret fakta lama yang kembali mengemuka, yaitu Batavia yang menanggung utang yang menumpuk.
Di jajaran dunia, kabar kinerja maskapai yang melesu sudah tidak asing lagi. Seiring dengan melemahnya ekonomi global membuat permintaan akan penerbangan melesu. Di sisi lain, persaingan antara maskapai yang semakin meruncing telah membuat beberapa maskapai yang tidak kuat harus melakukan penyesuaian diri untuk mengikuti persaingan yang ada.
Beberapa maskapai telah tercatat nyaris bangkrut dengan indikasi laba yang menurun dan melakukan pemecatan ribuan karyawannya. Maskapai apa saja yang nyaris bangkrut tersebut? Berikut data-data yang dikumpulkan merdeka.com dari berbagai sumber.
1. Qantas Airways Tamparan krisis tahun lalu telah menerpa maskapai asal Australia ini. Februari hingga Mei tahun lalu, maskapai tersebut telah merumahkan 1000 pegawainya. Hal tersebut ditujukan untuk menghemat biaya operasional perusahaan.
Selain itu, maskapai ini juga membatalkan pemesanan dua unit Airbus seri A380s  untuk menghemat belanja modal sebesar AUS 900 juta. Pada pertengahan tahun lalu, laba maskapai Negeri Kanguru ini diperkirakan terpangkas 90 persen.
Untuk menyiasatinya, maskapai tersebut menggandeng Emirates untuk penerbangan internasional. Hal tersebut bisa menutup permintaan perjalanan internasional yang melesu.
2. Lufthansa Mei tahun lalu, maskapai asal Jerman ini telah memecat 3.500 karyawannya di seluruh dunia. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan kestabilan laba perusahaan tersebut.
"Kami hanya bisa menjaga lapangan pekerjaan untuk jangka panjang dan menciptakan rekrutmen lagi setelah kita mengorganisasi kembali fungsi administratif dan harus menerima pemecatan sekarang," ujar Kepala Eksekutif Lufthansa Christoph Franz dalam siaran persnya seperti yang dikutip dari Reuters, Kamis (3/5).
Lufthansa saat ini mempunyai sekitar 117.000 karyawan di seluruh dunia. Pengiritan ongkos operasional disinyalir paling banyak didapatkan dari biaya tenaga kerja.
Berita tersebut muncul setelah Lufthansa melaporkan hasil kerugian dari sisi operasional yang lebih dari dua kali lipat menjadi EUR 381 juta.
3. American Airlines Maskapai yang telah melayani warga Amerika Serikat selama 30 tahun ini benar-benar nyaris bangkrut.
Hingga kuartal tiga tahun lalu, maskapai ini rugi hingga USD 238 juta.
Sebelumnya, maskapai tersebut telah mempersiapkan proteksi kebangkrutan pada November 2011 lalu. Bahkan wacana untuk merger dengan US Airways pun juga mengemuka.
CEO American Airlines,Thomas Horton, mengatakan restrukturisasi perusahaan tersebut sudah hampir selesai.
Sebagai langkah akhir, akhir pekan lalu pihak manajemen mengumumkan akan memecat 13.000 karyawannya untuk menghemat ongkos operasional.
4. United Airlines Satu lagi maskapai dan Amerika Serikat yang nyaris bangkrut. United Airlines awal tahun ini telah mengumumkan pemecatan 600 karyawannya. Hal tersebut ditujukan untuk menjaga biaya operasi perusahaan.�
Tahun lalu, maskapai tersebut telah merugi USD 723 juta. Hal tersebut mendorong maskapai tersebut untuk mengurangi frekuensi penerbangannya tahun ini.
5. British Airways Akhir tahun lalu British Airways mengumumkan akan merumahkan 400 kru kabinnya. Hal tersebut termasuk penerbangan jarak jauh maupun jarak pendek.
Berita tersebut muncul saat surat kabar Inggris mengungkapkan bahwa British Airlines menanggung beban karyawan senior yang terlalu banyak.�
Sementara itu, salah satu perusahaan satu grup British Airlines, Iberia, merencanakan untuk memecat 4.500 karyawannya.
SUMBER