Sejarah menyebut, jika Indonesia 350 tahun lamanya dijajah oleh Belanda. Dari penjajahan yang berlangusng lama tersebut, banyak warisan yang diberikan Belanda ke Indonesia.
Salah satu warisan yang hingga kini masih bisa disaksikan adalah sistem air peninggalan Belanda. Baik itu berupa pintu air, bendungan, maupun kanal-kanal khususnya di Jakarta.
Dikutip berbagai sumber, Sabtu (26/1/2013), meskipun lama dijajah dan memiliki sistem perairan yang serupa seperti di Negeri Kincir Angin itu, namun Jakarta belum bisa lepas dari banjir tahunan yang melanda.
Padahal, jika dilihat, topografi Jakarta dan Belanda serupa. pengamat perkotaan Yayat Supriatna kepada
Okezone mengatakan, jika topografi Jakarta datar. "Jakarta
flat, karena datar itu air yang mengalir jadi lambat," kata dia.
Demikian halnya dengan Belanda, yang memiliki bentuk permukaan tanah yang sangat rata. Malahan, hampir separuh dari dataran Belanda berada kurang 1 meter di atas permukaan laut (dpl). Permukaan tertinggi di Belanda, yaitu Vaalsberg di provinsi Limburg, mempunyai ketinggian hanya 321 dpl.
Apa rahasianya, hingga Belanda bisa mengatasi permasalahan banjir? Rahasianya adalah bendungan serta tanggul yang dibuat Belanda. Bendungan yang pertama dibangun seribu tahun yang lalu adalah cara mengeringkan danau, membangun polder (tanah reklamasi), dan mengontrol ketinggian air. Bendungan ini dinamakan Afsluitdijk.
Bendungan ini segera dibangun dikarenakan banjir besar yang melanda Belanda dan tak kunjung berhenti. Pada 1920, dimulailah pembangunan dengan sistem menguras dan mengeringkan laut.
Salah satu bendungan canggih yang ada di Belanda adalah Bendungan Oosterschelde yang dibangun 25 tahun lalu. Bendungan sepanjang 9 km itu merupakan proyek pembangunan yang menakjubkan. Memiliki semacam gerbang yang bisa menutup jika air pasang dan banjir datang. Bendungan ini dibangun setelah banjir besar pada 1953 yang menyebabkan sebagian besar wilayah Belanda terendam dan setidaknya 1.800 orang tenggelam.
SUMBER