Spesies baru dari keluarga reptil laut prasejarah dipastikan keberadaannya dalam studi ekskavasi terbaru di perairan Nevada, Amerika Serikat. Studi lengkap sudah ditulis di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Thalattoarchon saurophargis, nama yang diberikan untuk sang pemangsa ganas yang memiliki panjang 8,6 meter. Hidup sekitar 224 juta tahun lampau --pada periode geologi Trias, pasca terjadinya bencana yang memicu kepunahan massal terhebat dalam sejarah, yakni Masa Permian.
Reptil yang berukuran sampai sebesar bus ini merupakan golongan Ichthyosaurus (dalam bahasa Yunani berarti "kadal ikan"). Ichthyosaurus adalah kelompok reptilia yang menghuni dasar laut Bumi selama zaman dinosaurus.
Sebagian fosil Thalattoarchon sudah berhasil diekskavasi dalam ekspedisi tahun 1998. Bagian-bagian awal yang ditemukan tersebut saat ini terpelihara, antara lain tulang badan, sirip, dan seluruh tulang belakang.
Menurut Nadia Fröbisch, ahli paleontologi dari Museum of Natural History Berlin, T. saurophagis adalah spesies hewan vertebrata sangat menarik, khususnya dari sisi ukurannya yang raksasa.
Maka pada 2010, ia bersama para peneliti lainnya kembali ke situs yang sama dan menggali fosil tersisa. Hasilnya, mereka menemukan rangka tengkorak amat besar dan rahang yang sarat dengan gigi-gerigi tajam yang cukup besar untuk mengunyah berbagai reptil laut lain di dalamnya.
"T. saurophagis diketahui sebagai karnivor samudra pertama yang berevolusi bisa memangsa hewan laut berukuran hingga sebesar dirinya," ungkap Fröbisch sehubungan struktur fosil gigi yang ditemukan itu.
Fröbisch mencatat pula, temuan ini menunjukkan daya resiliensi lingkungan untuk bangkit dari kerusakan, bagaimana sebuah ekosistem dapat pulih kembali bahkan setelah musnah melalui peristiwa ekstrem.
Ia menerangkan, setelah Permian, 95 persen spesies di lautan binasa. Namun, kemunculan predator di jenjang atas rantai makanan seperti Thalattoarchon relatif tidak lama, hanya delapan juta tahun. Sesudahnya, membuktikan ekosistem laut bisa kembali utuh, karena ekosistem butuh membangun rantai makanan dari bawah hingga ke atas.
(Gloria Samantha. Sumber: National Geographic Phenomena) (Sumber)